Ingin mendapatkan True Tone lagu Hits JAMRUD - Best of the Best : ketik REG JAMRUD kirim sms ke 9877.
SELAMAT DATANG DI SITUS JAMRUD FANS CLUB PANTURA ....!

Selasa, 14 April 2009

Ngerumpi Bareng JAMRUD


DALAM sejarah perjalanan dan perkembangan musik cadas di Tanah Air, belum pernah ada angka penjualan album kaset musik pemekak telinga yang mencapai satu juta kopi. Sejak muncul dan merebak berbagai grup musik ingar-bingar pada tahun 70-an seperti Trencem, AKA, Rollies, Godbless, Elpamas, Edane, dan bahkan sampai pada Boomerang, selalu kurang dari satu juta kopi yang terjual. Jamrudlah yang kemudian berhasil melambungkan angka penjualan itu lewat album keempat bertajuk Ningrat.

Keistimewaan grup band yang dipunggawai oleh Aziz MS (gitar), Krisyanto (vokal), Ricky Teddy (bas), dan Herman (drum) itu tidak pada kemampuan bermusik belaka. Kemampuan bermain-main dengan lirik "nakal"lah yang membuat grup band yang telah menghasilkan lima album itu dekat dan dicintai para die harder.

Apa kiat mereka hingga mereguk keberhasilan tak kunjung henti? Di Caffe Dakken, Jalan RE Martadinata Bandung, Jamrudfanspanturagroup berbincang-bincang dengan keempat personel Jamrud di tengah-tengah persiapan mereka menggelar Super Duo Live Concert bersama supergrup asal Amerika era 80-an, White Lion. Berikut petikan perbincangan itu.

Lirik Jamrud cenderung jenaka, enteng, gaul, sedikit verbal, nakal, dan kasar. Mengapa? Inikah cermin masyarakat kita?

-Aziz: Bisa jadi. Tapi yang pasti kami menggunakan idiom-idiom keseharian yang dekat dan lekat dengan kehidupan masyarakat. Sebisa mungkin tidak berjarak dari lingkungan. Sangat mungkin terjadi misinterpretasi bila kami menggunakan lirik-lirik bermakna ganda. Kami tak ingin penikmat harus berpikir dulu mencari makna di balik lirik-lirik itu. Ah, terlalu lama dan malah bisa membingungkan. Bisa-bisa misi kami mengabarkan sesuatu yang terjadi di masyarakat malah tidak sampai. Selain itu, kami memang tetap menggunakan gaya bahasa menghibur sehingga lekat di ingatan masyarakat.

Tentang lirik-lirik bernarasi seks?

-Aziz: O, kalau itu tetap dalam kerangka sebuah alur lagu yang bertutur tentang suatu hal. Dalam ''Surti-Tejo'', misalnya, kami ingin memperlihatkan fenomena anak kampung yang baru pulang dari kota besar. Itu berarti, kami tidak mengeksploitasi seks belaka. Semua tetap dalam satu alur tema lagu.

Apakah semua lagu Jamrud mengemban misi?

-Aziz: Bisa ya, bisa juga tidak. Semua lagu kami mempunyai proses kesejarahan sendiri-sendiri dan mengemban kisah masing-masing. Akan tetapi, tidak semuanya mengandung unsur-unsur didaktis atau mengemban misi tertentu. Dalam banyak hal, kami malah sekadar bertutur apa adanya, tanpa pretensi apa pun. Jadi, mengalir dan main-main saja. Memang dalam kasus lagu ''Surti-Tejo'' kami mengemban misi tertentu, demikian pula dalam lagu ''Asal Brithis'' atau beberapa lagu lain. Ya, mungkin kami sekadar mewartakan bahwa dalam masyarakat kita memang ada hal demikian.

Jika kita menilik ke belakang pada era AKA, Rollies, Godbless, bahkan sampai Elpamas, ada kecenderungan menggunakan lirik-lirik alegoris (kiasan). Bahkan beberapa baitnya penuh muatan susastra. Mengapa hal demikian tidak atau belum ditemukan dalam syair Jamrud?

-Aziz: Ya, ibarat sebuah pabrik, sejak awal berdiri kami sudah merumuskan mau ke mana dan ingin apa. Dalam soal lirik pun, kami bersepakat untuk bermain dengan lirik lugas. Dulu saya sempat terkesima juga dengan lirik ''Huma di Atas Bukit'' Godbless. Namun, setelah tahu lirik lagu itu ditengarai mirip dengan lagu milik salah satu band luar, saya berpikir kenapa nggak bikin lagu sederhana, simpel, mengena, dan orisinal.

Apa efek lirik-lirik Jamrud bagi publik?

-Aziz: Lirik kami mudah sekali nyantel di telinga fans. Bahkan lirik-lirik kami digunakan sebagai bahan kajian untuk skripsi, penelitian, atau dianalisis sedemikian rupa.

Proses penulisan lagu pasti ada kesejarahannya kan? Biasanya yang kelar lirik atau musik dulu? Jangan-jangan mengalir begitu saja?

-Aziz: Nggak mesti. Kadang kami mengalir. Kadang-kadang Ricky yang punya konsep musik. Kadang-kadang Yanto punya lirik. Pendek kata, kami bicarakan enaknya lewat mana dulu.

-Krisyanto: Ya, pokoknya enaknya gimanalah. Nggak ada patokan. Kadang-kadang kami bicarakan dulu konsep musiknya, kemudian liriknya menyusul, atau sebaliknya. Yang penting, bagaimana kami mengharmonisasikan menjadi musik khas Jamrud.

Jamrud membutuhkan music director?

-Aziz: Ngak juga. Cuma dalam pengisian-pengisian instrumen-instrumen tertentu seperti di album kami yang digarap di Sydney, kami membutuhkan masukan dari seseorang untuk mengisi biola.

-Krisyanto: Nggaklah. Mungkin tidak akan pernah melibatkan music director. Masih ada saya, Ricky, Herman, dan Aziz. Teman-teman saya ini kan orang-orang hebat. Ya nggak, Ric? Malah ngalamun...

-Ricky: Setuju.

-Herman: Idem.

Apakah ini menjamin kemandirian bermusik Jamrud? Pasti tidak bisa kan melepaskan begitu saja peran produser untuk menyiasati pasar?

-Aziz: Kami sangat independen dalam berkarya. Produser tidak ikut campur dalam penciptaan sebuah lagu. Paling-paling hanya urun pikiran. Dibilang, ''Seperti ini lo pasar! Seperti ini lo musik yang sedang sedang ngetren.'' Ya, dalam beberapa lagu ada jugalah pengaruh produser. Hanya satu-dua.

-Krisyanto: Nggak juga, produser nggak ikut campur. Kalaupun memberikan pemikiran mungkinlah, tetapi nggak sampai ikut cawe-cawe.

-Aziz: Kalau produser mau ikut mencampuri lagu kami, mending produsernya suruh aja membuat lagu sendiri. Ya nggak?!

-Ricky: Setuju.

-Herman: Idem.

Apa sebenarnya warna musik Jamrud?

-Aziz: Apa sajalah. Kadang-kadang kami menggunakan nada-nada pentatonik dan diatonik bersamaan. Yang pasti rock atau metal.

-Krisyanto: Dalam syair, kami memang tetap bertekad bermain dengan lirik-lirik yang telah kami hasilkan selama ini. Tetapi kalau bermusik, kami masih berkembang. Belum mandek.

Apakah menurut pendapat Jamrud musik efektik digunakan untuk menghentikan perang?

-Aziz: Wah, nggak ngerti saya. Seruan menghentikan perang itu kan sudah banyak disuarakan oleh band-band dari luar sana, kenyataannya perang tetap berlangsung juga. Mungkin, yang pasti, di luar demonstrasi, lewat musik dan lagu, orang bisa menyuarakannya dengan lebih terarah

-Krisyanto: Ya, itu tadi, mungkin sebatas mengabarkan dan memberikan imbauan. Kalau soal memberikan penyadaran, ya berpulang pada individunya.

Beralih ke soal lain. Sosok Aziz sebagai thinker dan motor kuat serta dominan sekali di Jamrud. Sehat nggak untuk penciptaan kreativitas?

-Aziz: Saya pikir hal semacam ini merupakan sesuatu yang wajar dalam sebuah grup musik. Tidak akan pernah bisa berjalan baik jika di dalam suatu kelompok terdapat dua kepala. Tetapi saya tetap tahu diri pada posisi saya. Setiap lagu yang saya ciptakan finishing touch-nya tetap melibatkan semua personel Jamrud. Jadi, kalau lagu ciptaan saya itu, saya olah sendiri tanpa sentuhan kawan-kawan, hasilnya tidak bagus. Lihatlah White Snake dengan David Coverdale-nya. Mungkin hanya Rolling Stone's dengan Mick Jagger dan Richard Keits yang tetap jalan.

-Ricky; Ya, mau apalagi? Nyatanya semua lagu yang menulis Aziz dan kami tidak mempermasalahkan hal itu. Saya pikir, setiba band memang harus tetap ada motornya.

-Krisyanto: Ya, toh semua proses penciptaannya tetap melibatkan kami semua. Jadi, kami tetap merasa memiliki Jamrud, meski lagu itu diciptakan oleh Aziz.

-Herman: Saya rasa juga demikian. Nggak masalah.

Apakah bagi hasilnya juga sama?

-Aziz: Hanya dalam beberapa hal saja tidak. Dalam royalti penciptaan lagu, tentu saya yang berhak. Selain itu, semuanya sama. Jadi, ini juga sekaligus untuk merangsang kawan-kawan lain untuk berkarya.

-Ricky: Ya, karena memang Aziz yang nyangkul, jadi pantas mendapatkan itu.

Tidak menimbulkan kecemburuan?

-Krisyanto: Nggak. Kami sama-sama memiliki Jamrud. Nggak ada yang perlu dicemburui. Ya bagaimanalah pinter-pinternya kami menjaga kerukunan dan terus menjalin komunikasi, sehingga segala hal dibicarakan sejak awal. Yang jelas, kami merasa enak. Toh kami sudah senang pada kondisi Jamrud seperti sekarang ini. Saya dan kawan-kawan tak perlu bersolo kareir. Semua energi kami dedikasikan untuk Jamrud.

Ada pesan dan kiat untuk grup band pemula yang sedang giat-giatnya merintis karier?

-Aziz: Be your self. Sederhana kan? Akan tetapi penjabarannya luas sekali. Intinya, bermain musiklah sesuai dengan ke mana hati mau pergi. Jangan mengikuti apalagi mencontek karya orang lain. Kalau sekadar digunakan sebagai referensi sih nggak apa-apa. Jadikan grup musik yang ada sebagai perpustakaan. (Sus Toto Hadi B.A.-72c)



http://www.pekalonganmendadakjamrud.blogspot.com


Biarkan Cinta Tumbuh Dihatimu Bersama JAMRUD !
Sitemap JAMRUD Fans Club Pantura