
Serbuan musik Melayu dan K-Pop (musik korea) yang mewarnai industri musik tanah air Indonesia saat ini seakan membuat aliran musik lain seperti rock tak terdengar suaranya. Bahkan, ada anggapan musik rock Indonesia telah mati.
Namun, hal itu dibantah keras oleh gitaris group band cadas Jamrud, Aziz MS. Menurut pria berambut gondrong ini, musik rock Indonesia itu sebenarnya tidak mati dan tidak akan pernah mati, musik rock Indonesia akan terus bergema seantero.
"Musik rock di Indonesia itu gak mati kok. Bahkan saya pikir bakal ada terus dan berkembang," ujar Aziz saat ditemui usai mengisi acara Soundrenaline Sunburst Extension, BSD City, Sabtu (3/11) malam WIB.
Aziz menganggap, antusiasme pendengar musik rock di Indonesia terutama di Jakarta masih sangat besar. Dengan adanya acara Soundrenaline dan dukungan para penggemar musik rock, Aziz berharap musik rock Indonesia akan lebih eksis lagi.
"Penggemar musik rock, di Jakarta terutama, masih sangat besar. Ya semoga dengan adanya Soundrenaline ini, akan kembali mengangkat kepopuleran musik rock lagi," pungkasnya.
Aziz MS | JAMRUD
Aziz MS Gitaris Jamrud termasuk "orang rock lama". Tahun 1989 di Cimahi, Jawa Barat, nama lengkapnya Aziz Mangasi Siagian memulai langkah di panggung musik keras bersama Jamrock, band yang ia bentuk. Satu tahun melanglang buana, melompat dari satu panggung ke panggung lain dalam berbagai perhelatan yang ketika itu marak di kota Bandung, band ini mulai dikenal. Lima tahun berselang, setelah Jamrock mengukir nama sebagai band rock papan atas di Bandung, Aziz memberanikan diri mendatangi Log Zhelebour, produser musik-musik cadas yang sudah mengorbitkan begitu banyak band.
Log menyambut baik upaya Aziz. Ia siap mengorbitkan dengan beberapa catatan. Satu di antaranya membuat lagu-lagu sendiri dengan karakteristik yang tak pernah ada dalam khasanah musik Indonesia sebelumnya. Aziz Mangasi Siagian, yang kemudian kerap menyingkat namanya sebagai Aziz MS, bersepakat dengan Log. Maka bersama Ricky Teddy (bass), Krisyanto (vokal), Fitrah Alamsyah (gitar), Sandy Handoko (drum), Jamrud merilis album anyar mereka yang menggemparkan, album Nekad (1996). Menurut Aziz, ini merupakan formasi tersolid.
Jamrud terus menuai sukses hingga mencapai puncak pada album mereka yang rilis tahun 2000, Ningrat. Tapi setelah itu, mereka mulai mengalami penurunan hingga akhirnya Krisyanto hengkang. Jamrud terguncang karena sebelumnya, mereka juga (Jamrud) sudah pernah kehilangan dua personel, yakni Sandy Handoko dan Fitrah Alamsyah, meninggal karena overdosis obat-obatan terlarang tahun 1999an lalu.
Kini Jamrud di penghujung tahun 2012 mulai menampakan jejaknya kembali di belantika musik rock cadas tanah air. Formasi Krisyanto kembali sebagai frontman (vokal) Jamrud
Era 80 hingga 90-an Indonesia memiliki band rock yang cukup berbahaya. Musikalitas mereka tak diragukan lagi dan jika dibandingkan mungkin sama sejajarnya dengan band luar negeri. Sayangnya eksistensi mereka tidak mendapat dukungan dari industri. Musik rock masih dianak-tirikan dan dianggap kurang menjual. Padahal jika ditilik, apabila dikemas dengan baik maka band-band ini cukup menjanjikan.
Viva Rock Indonesia
Kapanlagi
Selama masih ada orang2 seperti om aziz ms,yang selalu berani menunjukkan jatidiri sebagai musisi Rock Indonesia,maka musik rock di indonesia tak akan pernah padam.
BalasHapusMeskipun di negeri ini sudah banyak band/Kpop, yg hanya bisa menjual karya orang laen,tp aku yakin,musik Rock tak akan pernah hilang dr muka bumi terutama di indonesia. Hasil karya tangan para musisi Rocker di indonesia,tak kalah keren kok dr musisi luar negeri.salam ROCKer dr Desa
Selama masih ada orang2 seperti om aziz ms,yang selalu berani menunjukkan jatidiri sebagai musisi Rock Indonesia,maka musik rock di indonesia tak akan pernah padam.
BalasHapusMeskipun di negeri ini sudah banyak band/Kpop, yg hanya bisa menjual karya orang laen,tp aku yakin,musik Rock tak akan pernah hilang dr muka bumi terutama di indonesia. Hasil karya tangan para musisi Rocker di indonesia,tak kalah keren kok dr musisi luar negeri.salam ROCKer dr Desa